Sulaman
Tuhan
Ragu menyematkan tanya
Kau sengaja atau tidak
Kau berarti atau tidak
Kau mengerti atau tidak
Kau sakiti atau tidak
Sungguh buat nelangsa...
Sunyi bersenandung
Duka berteriak
Gelap bercahaya
Sukma tak berasa
Benak tak bicara
hanya bungkam
Diam seribu bahasa
Tak berkilau
Hitam kelam malam
Menyelam di lubuk hati terdalam
Lenyap sudah daya
Bintang ku nanar
Tak jelas bersinar
Namun tergelar
Mendatangkan gusar
Aku merindu
dalam tangisan malam
pada bintang sulaman Tuhan
Ragu menyematkan tanya
Kau sengaja atau tidak
Kau berarti atau tidak
Kau mengerti atau tidak
Kau sakiti atau tidak
Sungguh buat nelangsa...
Sunyi bersenandung
Duka berteriak
Gelap bercahaya
Sukma tak berasa
Benak tak bicara
hanya bungkam
Diam seribu bahasa
Tak berkilau
Hitam kelam malam
Menyelam di lubuk hati terdalam
Lenyap sudah daya
Bintang ku nanar
Tak jelas bersinar
Namun tergelar
Mendatangkan gusar
Aku merindu
dalam tangisan malam
pada bintang sulaman Tuhan
Pariaman, November 2010, by Rahmi Sari Seprina, Alumni Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang
No comments:
Post a Comment